Lamandau Layak Jadi Klaster Penelitian Gaharu Indonesia

id saidul

Lamandau Layak Jadi Klaster Penelitian Gaharu Indonesia

Saidulkarnain Ishak. (FOTO ANTARA Kalteng/Ronny NT)

Nanga Bulik (Antara Kalteng) - Wilayah kabupaten Lamandau, Provinsi Kalimantan Tengah, dinilai layak menjadi klaster penelitian gaharu.

Gaharu merupakan gumpalan berbentuk padat, bewarna coklat kehitaman sampai hitam, dan berbau harum (jika dibakar) yang terdapat pada bagian kayu atau akar tumbuhan penghasil gaharu yang telah mengalami proses perubahan kimia dan fisika akibat terinfeksi oleh sejenis jamur.

Bupati Lamandau Ir Markun mengatakan, budidaya tanaman gaharu sudah dimulai sejak beberapa tahun silam. Budidaya tanaman gaharu di Lamandau dilakukan bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Kehutanan.

Kerja sama kemitraan pengembangan gaharu skala bisnis terbuka untuk masyarakat, dan kini sudah ditanami seluas 721 hektare (721.723 pohon gaharu) di Lamandau. Setiap kepala keluarga (KK) wajib menanam 20 pohon gaharu di pekarangan rumahnya.

"Gerakan menanam gaharu di Kabupaten Lamandau merupakan gerakan bersama pemerintah daerah Lamandau, dunia usaha dan masyarakat. Gerakan ini sudah dicanangkan dengan harapan menanami 20 batang gaharu setiap KK, kelompok tani gaharu, dan pada kegiatan penghijauan," katanya.

Bupati Marukan mengatakan, prinsip yang ditumbuhkan dari gerakan ini adalah "Menanam gaharu sebagai deposito, menanam karet dan kelapa sawit sebagai ATM untuk kebutuhan sehari-hari". Dengan menanam gaharu berarti warga sudah mempersiapkan masa depan secara mandiri.

Gerakan penanaman gaharu di kabupaten yang dimekarkan sekitar 12 tahun silam itu dinilai sesuai dengan tingkat kesuburan tanah di daerah tersebut. Ini sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan populasi pohon gaharu yang cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Indikasi menurunnya populasi pohon gaharu dilihat dari hasil produksi di Kalimantan dan Sumatera dari tahun ke tahun. Produksi gaharu sekitar tahun 1980-an pernah mencapai ribuan ton dengan kualitas tinggi, sementara produksi sekarang menurun drastis, sekira puluhan ton dengan kualitas bervariasi.

Pada pertemuan The Convention on International Trade in Endangered Spedes of Wild Flora and Fauna (Cites) IX di Florida, Amerika Serikat pada 1994, jenis gaharu `Aquilaria malaccensis` yang banyak tumbuh di Kalimantan dimasukkan ke dalam Appendix II Cites.

Kalimantan sebagai daerah yang terdapat jenis gaharu terbanyak, khususnya pemerintah Kabupaten Lamandau dengan luas wilayah 751.600 hektare dan sebagian besar (sekitar 574.276 hektare) adalah kawasan hutan ikut berupaya mencegah kepunahan gaharu Indonesia.

"Kami sudah menanami gaharu sejak beberapa tahun terakhir melalui gerakan penanaman 20 pohon setiap keluarga, dan bahkan setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diwajibkan menanami 20 batang gaharu di pekarangan kantor masing-masing," kata Bupati Marukan.



Wajib tanam gaharu

Penanaman pohon gaharu di halaman instansi dan dinas badan di kabupaten yang berjarak sekitar 9-10 jam jalan darat dari ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, Palangka Raya itu dibenarkan Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Lidan Hoder.

"Masing-masing dinas diwajibkan menanami 20 batang pohon gaharu, kami menaman sekitar 150 pohon. Sekitar 3-4 tahun lagi sudah bisa panen. Sekarang sudah berumur sekitar 2 tahun," katanya sambil memperlihatkan pohon gaharu di belakang kantor tersebut.

Masyarakat sudah memahami bahwa menanami pohon gaharu untuk "deposito" masa depan karena nilai jualnya tinggi, tidak pernah murah dalam beberapa dekade terakhir, sedang karet dan kelapa sawit disebut sebagai ATM untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kabag Humas Setda Lamandau Imanuel SH, MAP mengatakan, anjuran Bupati Marukan menanami pohon gaharu setiap warga itu dimaksudkan untuk menjadi simpanan jangka panjang bagi masyarakat guna memenuni kebutuhan hidupnya di masa mendatang.

"Jadi, ini merupakan upaya deposito sebagai persiapan masa depan. Dengan menanami kayu gaharu 20 batang berarti mereka sudah menyiapkan masa depan. Selama ini masyarakat kami sudah memiliki ATM setelah kebun karet dan kelapa sawit menghasilkan," katanya.

Untuk mendukung program budidaya gaharu, kata Imanuel, Bupati Marukan membagikan 20 batang bibit gaharu kepada masyarakat di seluruh desa yang berdomisili di delapan kecamatan dengan jumlah kepala keluarga sekarang diperkirakan sekitar 78 ribu di kabupaten tersebut.

"Kalau dikalkulasikan, jumlah pohon gaharu milik masyarakat Lamandau sekarang sudah lebih 1,5 juta pohon yang sudah ditanam. Jika panen rata-rata 4 Kg/batang berarti menghasilkan gaharu sekitar 6,240 ribu kilogram empat-lima tahun mendatang," katanya.

Gaharu milik masyarakat yang bibitnya dibagikan Bupati Marukan ini akan menghasilkan rupiah yang tidak sedikit. Harga pasaran terendah gaharu saat ini sekitar Rp30 juta/Kg. Jika harga ini bertahan hingga panen yang dilakukan nanti akan menghasilkan sekitar Rp2,4 miliar/KK.

Penghasilan sebesar itu hanya bagi masyarakat yang menanami 20 batang pohon gaharu, sementara mereka yang menanami lebih dari 20 batang gaharu berarti mereka akan menikmati hasil signifikan, yang bisa jadi semua masyarakat Lamandau akan sejahtera empat-lima tahun ke depan.

Ini sangat dimungkinkan karena kebutuhan pasar terhadap gaharu tidak pernah rendah, dan bahkan cenderung meningkat di masa mendatang. Begitu juga dengan harga jualnya tidak pernah anjlok karena permintaan pasar tinggi, kata seorang warga masyarakat, Thamrin.



Bagi kesejahteraan masyarakat

Kelapa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lamandau Ir Masrun M.Si mengatakan, pemanfaatan hasil gaharu di pedalaman Pulau Kalimantan dan Sumatera sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Gaharu biasanya dimanfaatkan pada acara ritual keagamaan, pengharum ruangan, bahan kosmetik, dan obat-obatan sederhana.

Namun kini, pemanfaatan gaharu jauh lebih berkembang. Gaharu digunakan untuk parfum, aroma terapi, sabun, budy lotion, bahan obat-obatan yang memiliki khasiat sebagai anti asmatik, anti mikrobia, dan stimulan kerja syaraf serta pencernaan.

Gaharu yang beredar di pasaran dalam dan luar negeri saat ini masih berasal dari alam dengan tingkat kualitas kandungan resin sangat bervariasi. Belum banyak gaharu budidaya masyarakat yang beredar di pasaran Indonesia dan mancanegara, kata Masrun.

Banyak tumbuhan yang bisa menghasilkan gaharu, namun hanya beberapa tumbuhan yang potensial menghasilkan gaharu berkualitas dan bernilai ekonomis bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat seperti "Aquilaria spp, Aetoxylon sympetallum, Gyrinops, dan Gonystylus".

Indonesia dikenal sebagai suatu negara penghasil gaharu di dunia karena memiliki lebih dari 25 jenis pohon penghasil gaharu yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Kalimantan tercatat sebagai pulau yang terdapat 12 jenis tumbuhan penghasil gaharu.

Berdasarkan sebarannya, tumbuhan penghasil gaharu terbanyak terdapat di Kalimantan (12 jenis), Sumatera (10 jenis), Kepulauan Nusa Tenggara (tiga jenis), Sulawesi (dua jenis), Jawa (dua jenis), Papua (dua jenis), dan Kepulauan Maluku (satu jenis).

Seorang petani, Thamrin, yang ditemui di kebun karet yang dipadukan dengan tanaman gaharu mengatakan, harga kayu gaharu sekarang mencapai Rp30 juta/Kg dengan kualitas biasa, namun jika kualitasnya baik maka harganya bisa mencapai Rp50 juta-Rp60 juta/Kg.

"Kayu gaharu ini sudah berumur sekitar 4-5 tahun. Dalam hitungan dua tahun ke depan sudah bisa panen. Saya hanya tanam sekitar 2.000 batang di lahan seluas dua hektare. Saya tanam di sela-sela tanaman karet. Gaharu bagus dijadikan tanaman tumpang sari," katanya.

Penanaman gaharu sebagai tanaman tumpang sari akan memberi keuntungan ganda bagi petani, karena tanaman ini bisa disisipkan di celah-celah pohon kelapa sawit atau karet seperti dilakukan tokoh masyarakat Thamrin, yang dua tahun mendatang akan menikmati hasilnya.



Laboratorium gaharu

Tanaman gaharu di Kabupaten Lamandau kini menjadi komoditi bernilai tinggi di mata masyarakat Indonesia, termasuk warga masyarakat yang berdomisili di daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) tersebut.

Hal ini tidak terlepas dari upaya pemerintah daerah yang dipimpin Bupati Ir Marukan dengan gerakan menanam 20 batang gaharu dengan harapan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang pada saatnya nanti Kabupaten Lamandau menjadi klaster penelitian gaharu Indonesia.

Pemerintah daerah berupaya menyiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk menjadikan daerah ini sebagai 'Klaster Penelitian Gaharu Indonesia' di masa mendatang. Semua ini sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah tersebut.

"Kami sudah mempersiapkan diri untuk menjadikan Kabupaten Lamandau sebagai klaster penelitian gaharu Indonesia seperti budidaya mulai dari pembenihan, penanaman, dan siap olah, kelompok tani, forum komunikasi gaharu, dan asosiasi gaharu," kata Masrun.

Selain itu, pemerintah daerah juga sudah membangun gedung laboratorium pengolahan gaharu untuk produksi inokulan, dan proses rekayasa produksi, di samping koperasi, shorum gaharu, dan jaringan pemasaran hasil produksi jangka panjang.

Apa yang sudah dan sedang dipersiapkan bertujuan untuk menjadikan Kabupaten Lamandau sebagai 'Klaster Penelitian Gaharu Indonesia' yang diharapkan akan ditetapkan Kementerian Kehutanan pada saatnya nanti. Pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah kea rah tersebut, ujarnya.

Kabupaten Lamandau yang dinilai layak menjadi Klaster Penelitian Gaharu Indonesia itu diprediksi akan memperkaya khazanah keilmuan tentang gaharu seperti budidaya, kelembagaan, pengolahan, dan juga pemasarannya di masa mendatang.

Gaharu jenis cemara kini sudah ditanam 721.723 batang di Kabupaten Lamandau. Masyarakat tentu akan menikmati hasil panennya empat-lima tahun mendatang. Hasilnya panen gaharu diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di masa mendatang, kata Bupati Marukan.

Kabupaten Lamandau bukan hanya 'bercinta kasih' dengan tanaman gaharu, tapi juga kelapa sawit dan karet karena tanahnya subur. Sepanjang jalan menuju Lamandau bisa dilihat kelapa sawit tumbuh subur, bagaikan 'putri cantik' berpayung di terik matahari.

Itulah Kabupaten Lamandau yang kini sedang mempersiapkan diri menjadi klaster penelitian gaharu Indonesia. Dengan 12 jenis tumbuhan gaharu berkualitas yang sekarang sudah ditanam masyarakat di daerah tersebut, tentu upaya peningkatan kesejahteraan akan terwujud di masa mendatang.



(T.S019/B/H-KWR/H-KWR)